Senin, 29 November 2010

tausyiah abah

isya' tadi malam ada sesuatu yang berbeda, ternyata dalam barisan terdepan shaff kali ini ada jama'ah yang shalat sambil duduk. sebelum imam mengangkat takbir, mata ini sempat melirik siapa gerangan yang shalat sambil duduk, owh..... ternyata abah.


***
tampaknya, abah (kembali) dalam kondisi yang kurang sehat, masih 2 hari yang lalu beliau shalat dalam keadaan berdiri tegak, kemudian selang satu hari. dan malam ini ternyata beliau shalat dalam keadaan duduk. 

sedikit menambahkan bahasan tentang abah dan kisah pemuda pemuda ini. pernah dalam suatu kumpul kumpul setelah shalat subuh, abah memberikan nasehat singkatnya kepada pemuda kampung tersebut. abah merasa perlu menjelaskan dan berbagi ilmu mengenai bab tharahah.

abah membahas hal ini dikarenakan risih dan tidak sukanya beliau ketika melihat seorang pemuda yang (maaf) buang air kecil di pinggir jalan / belakang pohon dengan cara berdiri. yang ditekankan oleh abah adalah adab buang air kecil yang dilakukan oleh kebanyakan pemuda sekarang. dengan duduk melingkar bersama pemuda kampung, abah menekankan pentingnya adab dalam melakukan hal ini.

''yang pertama, hal seperti itu harus dilakukan di ruangan / tempat yang tertutup, minimal tidak ada yang bisa melihat kita dengan jelas lalu yang kedua, sebaiknya hal tersebut dilakukan dengan cara tidak berdiri (jongkok)''.

di lain kesempatan, abah juga pernah mengumpulkan pemuda kampung sehabis shalat. beliau menegur salah seorang dari mereka dikarenakan ketika shalat memakai kaos yang bergambar dan bertuliskan di bagian belakangnya.

beliau mengatakan, ''sebaiknya menghadap Allah (shalat) itu dengan menggunakan pakaian terbagus yang kalian miliki, bagus disini bukan berarti kalian harus memakai baju baru ataupun mahal. kalian cukup menggunakan baju yang bersih dan suci''.

perihal kalian memakai kaos yang bergambar dan bertuliskan sesuatu sebaiknya jangan dipakai di waktu shalat. karena hal ini dapat membuat seseorang (jama'ah lain) lalai atau tidak khusyu' dalam shalatnya. hal ini dikarenakan secara tidak sengaja bisa saja jama'ah yang berada di belakang kalian membaca atau melihat gambar di kaos yang kalian pakai.

***

semoga abah bisa sehat kembali sehingga bisa shalat dalam keadaan berdiri sempurna lagi, aamiin

jodoh di perantauan

kali ini sedikit berbicara tentang perantauan. perantauan kurang lebih bermakna mendiami suatu tempat yang baru atau mendiami suatu tempat yang bukan domisili aslinya dalam kurun waktu tertentu (pendapat saya pribadi)

setiap orang punya pandangan berbeda tentang hidup merantau. ada yang bisa menjalankannya, ada yang tidak bisa menjalankannya atau ada yang memang sudah menjadi jalan hidupnya. saya pribadi pernah mengalami fase yang namanya hidup dalam perantauan dan belum tahu apakah akan mengalaminya lagi.

saya bersyukur sekali pernah berada dalam perantauan, kurang lebih satu setengah tahun kuliah jauh dari keluarga (meski tiap semester pulang kampung) atau ketika kurang lebih 3 tahun mencari nafkah di pulau jawa (yang ini kalau pulang kampung nunggu lebaran atau cuti). bersyukur karena dapat menempa diri untuk belajar mandiri , bersyukur bisa melihat tempat- tempat baru, bersyukur bisa mengenal saudara saudara baru.

hidup di perantauan memang harus pintar membawa diri, adat kebiasaan ataupun budaya di satu tempat tidak sama dengan tempat yang lain, seperti kata pepatah ''dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung'' yang kurang lebih bermakna haruslah mengikuti/menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita.

satu hal lagi yang saya amati adalah biasanya, sekali lagi saya tekankan biasanya jodoh itu datang pada saat kita sedang di perantauan. sepengamatan di lingkungan saya bekerja bahwa jodoh rekan rekan saya yang berada di perantauan seringkali datang dari tempat merantaunya. saya jadi ingat dulu ketika masih baru baru lulus kuliah dan kena virus nikah muda, teman saya pernah bilang, "nanti kalau mau cari istri yang satu daerah / kampung aja. biar nanti mudiknya gampang, cuma ke satu tempat. hal ini dikarenakan seringnya teman saya tadi melihat kakak tingkatnya yang sudah menikah dan punya istri tidak satu daerah mudiknya ganti ganti tempatnya.

saya dulu juga sempat sependapat dengan teman tersebut. kalau sekarang??? :D





tulisan ini bukan berarti saya mendapat jodoh di perantauan atau sebaliknya loh, cuma lagi pengen nulis ini aja ^^ lagian korelasi dengan judulnya pas di paragraph terakhir doank kan



*kalo kate tetangge aye itu, posting yang beginian bakalan rame, siapa tau disini juga bakal rame