Minggu, 20 Februari 2011

NATO

‘'kalau anak buah disuruh ke arah utara, lalu dia malah pergi ke arah selatan maka biarkanlah'’. begitu ungkapan seorang kepala seksi ketika pada suatu pagi kami mengobrol di gudang.

***

dalam suatu pekerjaan, beliau beranggapan bahwa hanya berkata tapi tidak melaksanakan itu tidak ada gunanya. hanya berpikir cara melaksanakannya tapi tidak melaksanakannya sama saja bohong. maka, yang paling utama adalah Action.


NATO (No Action Talk Only atau No Action Thinking Only) itu tidak ada gunanya sama sekali dalam melaksanakan pekerjaan atau memecahkan suatu masalah. maka dari itu, ketika ada bawahan yang seharusnya melaksanakan suatu pekerjaan ke arah utara tapi dia malah ke arah selatan, jangan dimarahi!!, setidaknya dia tidak NATO, dia melaksanakan suatu Action walaupun itu keliru. tapi justru dengan salah arah tadi, dia dengan sendirinya akan menyadari kekeliruannya dan memperbaiki arahnya. ini adalah poin utama dari ungkaan di atas.


Disadari atau tidak, terkadang seorang pimpinan terlalu banyak berpikir. berpikir dengan berbagai kemungkinan, berpikir untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan nilai perfect. sebenarnya ini gak salah, yang jadi masalah adalah ketika seorang pimpinan hanya ‘mengajak’ bawahannya untuk terus berpikir akan solusi suatu masalah tanpa berani mengambil Action atau tindakan untuk mengarahkan bawahan itu bekerja.

disini letak kekeliruannya. lantas tatkala bawahan tadi salah mengambil arah, yang ada pimpinan tadi akan marah besar dan menyalahkan si bawahan. disini letak kurang bijaksananya seorang pimpinan.

memang setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya kelak.mari kita berusaha untuk menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana agar kelak kita termasuk golongan orang yang diberi naungan oleh ALLAH di hari akhir kelak.aamiin


Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya: “Ada tujuh macam orang yang akan diberi naungan oleh Allah dalam naungannya pada hari tiada naungan melainkan naungan Allah itu sendiri, yaitu:

imam - pemimpin atau kepala - yang adil,

pemuda yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah ‘Azzawajalla,

seseorang yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan - kepada masjid-masjid,

dua orang yang saling cinta- mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun atas keadaan yang sedemikian,

seseorang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: “Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah,” - ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang lelaki,

seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak mengetahui apa-apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya.”(Muttafaq ‘alaih)
Nomor: 656 Sumber: riyadhus-shalihin