Kamis, 07 Oktober 2010

(kami percaya) Jelang Indonesia vs Uruguay

Indonesia Kalahkan Uruguay 2-1!

Tim nasional Indonesia berhasil menaklukkan Uruguay 2-1! Tapi, jangan senang dulu. Itu terjadi puluhan tahun lalu. Sejarah itu dicatat dalam laga persahabatan kedua negara pada 1974 silam.

Ketika itu PSSI tengah berulang tahun dan mengundang Uruguay untuk bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno--yang saat itu masih bernama Stadion Utama Senayan Jakarta. Ditonton sekitar 60 ribu orang, laga itu berlangsung pada tanggal 19 April 1974.

Uruguay saat itu menurunkan tim yang dipersiapkan untuk Piala Dunia 1974. Sutan Harhara, mantan pemain timnas Indonesia yang menjadi saksi sejarah gemilang itu, saat diwawancara tvOne mengenang peristiwa bersejarah itu. Ketika itu, kata Sutan, tim Merah Putih berhasil mematikan kesebelasan nasional asal Amerika Latin itu yang bercirikan permainan individual yang cantik dan tajam.

"Saat itu, kami main fight, tidak lembek, dan penuh kedispilinan tinggi," ujar Sutan Harhara. Sutan juga mengaku tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi tim peringkat empat dunia itu. "Waktu itu, kita beruntung memiliki banyak pemain yang memiliki skill individu bagus."

Di bawah asuhan Djamiat, skuad Merah Putih yang diperkuat Rusdianto, Ronny Paslah, Abdul Kadir, Anwar Ujang, Nabon, dan Waskito; memegang kendali permainan. Uruguay yang dilatih Juan Alberto Schiaffino, direpotkan serangan bertubi-tubi Indonesia dan lalu bertekuk lutut.

Malu dengan kekalahan itu, Uruguay meminta pertandingan ulang sehari setelahnya. Meski tak berhasil mempertahankan kemenangan, Indonesia kalah terhormat dengan skor 2-3.

"Kami tetap bangga, banyak pelajaran berharga di mana tim Indonesia tidaklah bisa diremehkan," kata Sutan dengan mata berbinar.

Dalam pertandingan yang akan digelar di stadion yang sama, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat malam mendatang, akankah sejarah berulang?


***

jelang pertandingan persahabatan antara Timnas Indonesia melawan Timnas Uruguay minimal saya sendiri percaya (kami pada judul = saya), percaya kalau kita bisa melakukan yang terbaik tanpa pemain naturalisasi sekalipun (justru sangat senang pemain naturalisasi itu tidak bisa tampil).


 


Rabu, 06 Oktober 2010

generasi penghafal qur'an

teruntuk ananda putra / putriku (aamiin),


anakku,


saat aku menuliskan surat ini untukmu kau harus tahu kalau status ayahmu ini masih tunggal putra . dan ayah tahu, untuk bisa membuatmu membaca surat ini kelak, ayah harus merubah status itu terlebih dahulu, status yang sudah lama ayah idamkan dan impikan, status sebagai  ganda campuran (kelak, kau akan tahu kalau ayahmu ini penikmat badminton)


anakku yang ayah sayangi, 

ayah akan sedikit bercerita tentang perjuangan untuk memperoleh status yang ayah idamkan tadi. saat ini ada seorang wanita (yang kelak akan menjadi ibumu, aamiin) yang menarik hati. seorang wanita yang berhati lembut namun tegas, wanita yang sangat cinta Alloh dan Rasul-Nya namun juga cinta dan sayang kepada keluarganya, wanita yang bisa sanguinis, melankolis dan terkadang sangat puitis). itu sepengenalan ayahmu hingga saat ini.


penyejuk mataku,

kau tahu, calon ibumu ini mengajukan satu permohonan untuk bisa menerima ayah sebagai suaminya. permohonan yang ayah pikir sangat berat untuk orang setingkat ayah. apakah kau tahu apa permohonan ibumu?. ibumu meminta kepada ayah untuk mengahafalkan juz 30. setelah ayah bisa mengahafal juz 30 itu dengan lancar baru ibumu bersedia mempertimbangkan untuk menerima ayah menjadi suaminya.


permata hatiku, 

kau tahu reaksi ayah saat itu nak? ayah merasa sangat berat sekali untuk mengabulkan permohonan itu. Kau pasti tertawa kalo melihatnya, ayahmu yang saat menulis surat ini baru berusia 23 tahun takut tidak bisa menghafal juz 30 yang terdiri dari 37 surat. ‘come on dad, it sounds like funny’.


Pujaan hatiku,

Ayah akhirnya berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permohonan ibumu itu, bukan hanya semata mata karena ayahmu ini sudah cinta setengah mati kepada ibumu. Ternyata ada cinta yang melebihi itu, cinta akan menghasilkan generasi yang lebih baik kedepannya. Kau tahu anakku, kualitas wanita yang ayah inginkan untuk menjadi seorang madrasah pertama bagimu kelak itu memang berada jauh di atas ayah, jadi wajar saja ketika ia menginginkan calon suaminya minimal setara dengannya (dalam hal hafalan qur’an). Ayahmu hanya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik, melakukan yang terbaik, dan mengharapkan hasil yang baik pula.

 

Buah hatiku,

Kau tahu kenapa calon ibumu itu menginginkan ayah menghafal juz 30? Wanita itu hanya menginginkan agar kelak putra/putrinya menjadi generasi penghafal qur’an, generasi yang akan mengangkat derajat orangtuanya di hadapan Yang Maha Kuasa. Hanya itu nak, dan tentu saja.. ayahmu ini harus lebih dulu melakukannya. Agar kelak, ketika kau lahir dan sudah saatnya, ayah dan ibumu bisa menjadi tempatmu untuk bermuraja’ah hafalan qur’an (minimal juz 30)


Anakku,

Meski kau belum ada di dunia ini, do’akan ayah bisa memenuhi itu semua. Mendapatkan istri shalihah, membentuk keluarga yang samara, dan pada akhirnya mendapatkan engkau sebagai penyejuk mata , generasi penghafal qur’an (aamiin ya Alloh)

Harapan ayah kepadamu tidaklah banyak nak. Seperti kebanyakan orangtua umumnya, Ayahmu ini menginginkanmu untuk menjadi anak yang shaleh/ah (aamiin).


Anakku,


terakhir, ayahmu ini sangat mengharapkan,


kelak ketika tubuh ayahmu ini sudah terbujur kaku tidak berdaya menghadap panggilan-Nya.


Kelak ketika ayah tidak bisa lagi memegang ubun ubunmu


Kelak ketika ayahmu akan meninggalkan kamu


Kelak ketika takdir itu memisahkan kita


…..


Jadilah orang terdepan yang akan berdiri di depan tubuh ayah,


Jadilah orang yang memimpin shalat jenazah ayah


Jadilah orang yang akan mengangkat keranda jenazah ayah ke kubur


Dan jadilah amal jariyah yang akan menemani ayah di alam kubur nanti

 

***

salam peluk hangat,

ayah

 

 

disertakan dalam lomba “SURAT UNTUKMU, NAK. DARI CALON IBUMU/AYAHMU.”