Senin, 02 Juli 2012

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Tere Liye
Resensi Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

I. Identitas Buku
Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Sampul : Soft Cover
Jenis Kertas : 20 Cm , 512 Halaman
Tahun Terbit : 2012
Harga : 72.000
ISBN : 978-979-22-7913-9

II. Sinopsis :
“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan” (halaman 194 )

Kau, Aku, dan sepucuk angpau merah adalah sebuah kisah cinta sejati yang sederhana. Kisah cinta yang apa adanya, tidak dibuat-buat, tidak penuh dengan intrik layaknya kisah cinta anak muda zaman sekarang. Novel ini mengisahkan tentang seorang bujang berhati lurus sepanjang tepian sungai kapuas, Borno. Borno adalah pemuda asal kota pontianak. Bapak borno meninggal dikarenakan terkena serangan ubur –ubur sewaktu melaut. Saat itu usia borno 12 tahun. Begitulah, nelayan yang tangguh di tengah badai, kuat di kala hujan justru tumbang oleh makhluk laut kecil ini. Walaupun belum sepenuhnya meninggal, dokter secara medis menyatakan bahwa bapak borno telahmeninggal dunia. Sebelum meninggal, Bapak borno masih sempat berbuat kebaikan dengan cara mendonorkan jantungnya kepada pasien yang telah lama menunggu donor jantung dari rumah sakit tersebut.

Sepeninggal Bapaknya meninggal, Borno hidup berdua bersama ibunya, Saijah. Melanjutkan Sekolah hingga lulus SMA, Borno mulai mencari pekerjaan. Semua jenis pekerjaan telah dicobanya, mulai dari bekerja di perusahaan karet yang baunya membuat penghuni gang sempit menuju rumah borno menutup hidung atau menjadi penjaga karcis di kapal feri, penjaga SPBU di sungai kapuas hingga akhirnya dia berpikir panjang dan memutuskan untuk melanggar wasiat bapaknya, menjadi pengemudi sepit. Satu hal yang bisa diteladani dari borno adalah kemauannya untuk bekerja, Bujang berhati paling lurus sepanjang tepian sungai kapuas ini rela dan mau bekerja apa saja tentu dengan kebaikan dan bukan sesuatu yang bersifat curang seperti saat dia menjadi penjaga karcis di kapal feri tidak seperti kebanyakan anak muda zaman sekarang.

“Meski bau, membuat orang lain menutup mulut saat kau lewat, hasilnya wangi. Halal dan baik. Dimakan berkah, tumbuh jadi daging kebaikan. Banyak orang yang kantornya wangi, sepatu mengilat, baju licin di setrika, tapi boleh jadi busuk dalamnya. Dimakan hanya menggumpal perut, tumbuh jadi daging keburukan dan kebusukan.” (halaman

“Sepanjang kau mau bekerja, kau tidak bisa disebut pengangguran. Ada banyak anak muda berpendidikan di negeri ini yang lebih senang menganggur dibandingkan bekerja seadanya. Gengsi, dipikirnya tidak pantas dengan ijazah yang dia punya. Itulah kenapa angka pengangguran kita tinggi sekali, padahal tanah dan air terbentang luas.” (halaman 49)

Pengemudi Sepit, Borno tidak pernah berpikir selintas pun untuk menjadikannya sebagai pekerjaan. Tapi disinilah ternyata Borno akan menemukan kisah cinta sejatinya. seorang gadis berpernakan cina. Si sendu menawan ini pertama kali bertemu dengan Borno di dermaga, saat itu ia hendak menyeberang untuk mengajar di sekolah milik salah satu yayasan di kota Pontianak. Pertemuan yang singkat, hanya 15 menit menyeberangi sungai kapuas, hanya sekedar mencuri pandang tidak berani bertegur sapa, ah Borno Bujang berhati paling lurus sepanjang tepian sungai kapuas ini merasakan sesuatu yang berbeda. Dan ternyata pertemuan singkat itu begitu membekas, Borno menemukan sesuatu yang tertinggal milik si sendu menawan, Sepucuk Angpau merah.

Antrian sepit nomor tiga belas, itulah rutinitas Borno di hari-hari selanjutnya. Borno selalu mengantri pada nomor urut antrian tersebut. Ah ibu lihatlah, tidak ada yang mengajarkan arti sebuah perasaan terhadap wanita kepada Borno, tapi borno hanya mengikuti kata hatinya, pada antrian ketiga belas itulah si sendu menawan selalu menaiki sepit dan akhirnya selalu menyebrang dengan menaiki sepit borno. Hari-hari selanjutnya diisi dengan rutinitas mengantri di nomor tiga belas, menyapa dengan “pagi’ atau ‘ apa kabar” lalu menyebrang sungai kapuas, sampai di ujung dermaga, bilang “terima kasih”. Begitulah siklus harian Borno selanjutnya.
Berkali-kali sendu menawan menaiki sepitnya, berkali-kali hendak menyapa dan menanyakan namanya, dan berkali-kali pula hal itu tidak pernah terjadi. Sampai suatu hari, gadis itu menaiki sepit borno, di perjalanan menyeberangi sungai kapuas borno mencari cara untuk menanyakan nama gadis cina tersebut, tapi yang keluar dari mulutnya adalah lelucuan mengenai nama orang yang diambil dari nama bulan. Sampai dengan dermaga, gadis itu hanya mendengarkan dan diam. Sesaat sebelum gadis itu turun dari sepit, ia berkata pelan kepada Borno, “Namaku Mei, Abang, meskipun itu nama bulan, kuharap Abang Borno tidak menertawakannya”

“Kau tahu, Borno. Perasaan adalah perasaan meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali bukan benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.”( halaman 132)

“Cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.” (halaman 168)

Di balik kesederhanaan dan keterbatasannya, Borno bukanlah bujang tanpa arah dan impian. Borno juga mempunyai impian di dalam hidupnya. Demi mengejar impiannya, Borno rela menjual sepit kesayangannya, Borneo. Sepit yang bukan hanya menjadi mata pencahariannya, lebih dari itu karena sepit, Borno bertemu dengan Mei. Uang hasil menjual sepit dijadikan investasi berkongsi dengan Daeng, Bapak Andi. Daeng, Andi, dan Borno mencoba melebarkan usaha bengkel mereka dengan membeli bengkel di daerah Jalan besar di kota Pontianak.
Hubungan borno dan mei bisa dibilang pahit dan manis. Manis sekali dikala Borno mengajarkan Mei cara mengemudi sepit, dikala mereka berdua berjalan bersama membagikan stiker dan jaket sebagai strategi pemasaran promosi bengkel dan ditutup dengan kenangan manis pada saat makan siang berdua di restoran sebuah kapal besar yang berlayar di sungai kapuas. Bagian pahitnya selalu pada saat Borno mengantarkan Mei pulang ke rumah, “Satpam” (meminjam istilah Pak Tua) rumah mei sangat dingin kepada Borno. Papa Mei tidak senang dengan hubungan Borno dan Mei.

Berhentilah menemui anakku, sebelum semuanya terlanjur menyedihkan. Kau tidak tahu seberapa menghancurkan perasaan sedih? Itu bisa membunuh dalam artian sebenarnnya. Tinggalkan anakku, Borno.” (halaman 388)

“Aku pikir, kita tidak usah bertemu lagi, abang.” Tapi kenapa Mei? Hanya itu yang terucap dari mulut borno. Mei benar-benar tidak pernah memberi penjelasan sedikitpun, tidak pada saat itu ataupun hari-hari setelahnya meski Borno bersusah payah menemuinya untuk meminta penjelasan alasan Mei mengucapkan kalimat itu. Hampir setahun Mei pergi. Akhirnya penjelasan itu didapatkan semua oleh Borno setelah membaca Angpau merah. Angpau merah itu berbeda, ia istimewa, karena di dalamnya berisikan surat. Penjelasan atas semua pertanyaannya selama ini.


III. Isi Resensi :
a.Susunan Penyajian
Novel yang berjudul Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini dalam penyajiannya cukup baik. Dimulai dari pembukaan cerita yang merupakan initisari permasalahan novel kemudian mengait dengan cerita selanjutnya. Penulis dapat mengajak pembaca untuk berfikir bagaimana akhir cerita novel. Saya pribadi menebak nebak sebenarnnya apa isi Angpau Merah tersebut.

b. Gaya Bahasa
Secara keseluruhan penulis menggunakan bahasa indonesia yang tidak baku. Di samping bahasa indonesia, terdapat beberapa kata dalam bahasa inggris. Dan yang paling menarik adalah adanya beberapa kata dalam bahasa Pontianak. Saya pribadi dapat membayangkan pengucapan kata tersebut dalam dialek Pontianak.

c. Hal-hal yang menarik dari novel
Novel ini bisa menarik perhatian para pembaca. Dari setiap bagian cerita ke bagian cerita yang lain bisa membuat penasaran para pembaca dan para pembaca ingin cepat menyelesaikan membaca novel ini dan mengetahui akhir cerita.

d. Kelemahan Novel
1. Harga novel ini cukup mahal. Sebaiknya novel yang sarat dengan pesan moral seperti ini dijual sedikit lebih murah agar bisa didapatkan oleh semua kalangan.
2. Cover (sampul) novel kurang menarik. Gambar yang ada di cover kurang menggambarkan judulnya

e. Kelebihan Novel

1. Font tulisan cukup nyaman dibaca
2. Perwatakan tokoh mudah dimengerti
3. Penyampaian sederhana, tidak berbelit, dan sukses membuat penasaran mengenai akhirnya
4. Sarat dengan pesan moral dan petuah tentang kebaikan, kesederhanaan, dan kejujuran.
5. Memberikan pengetahuan baru tentang kota Pontianak
6. Mengangkat profesi yang jarang sekali dibicarakan

f. Kesimpulan
Pada akhirnya setelah membaca Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini, saya pribadi menemukan banyak petuah bijak yang bisa diteladani dalam menghadapi permasalahan kehidupan, kemauan untuk mencari pekerjaan dengan cara yang halal dan baik dari seorang Borno dan mengambil pelajaran dari kisah cinta sejati yang sederhana, tidak dibuat-buat dan apa adanya. Novel ini cukup layak untuk dimiliki agar menambah wawasan tentang arti kejujuran dan kesederhanaan yang sebenarnya.

IV. Tentang Penulis :
Bang Tere (Tere Liye) selaku penulis sekali lagi konsisten dengan bukunya yang bertemakan kesederhanaan dan kejujuran. Nama aslinya adalah darwis, nama pena yang pernah dipakai sebelum tere liye adalah Sendutu Meitulan dan Maibelopah. Tere Liye selalu mengangkat tema anak-anak dengan cerita yang sederhana tapi bermakna. Beberapa tulisannya adalah : Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, Serial anak-anak mamak dll
Tere liye senang berbagi di fanpage facebook : Darwis Tere Liye, beliau senang membagikan tulisan tulisan yang bermakna, termasuk tulisan yang akan diterbitkan menjadi sebuah buku terkadang beliau bagikan terlebih dahulu di notesnya, ada juga alamat blog multiply bang tere : darwisdarwis.multiply.com.

4 komentar:

  1. aih, jadi ikut lombanya nih, put?
    btw, resensinya unik juga.. sempat merasa bosan dengan karyanya tere, nggak, put?

    BalasHapus
  2. buatnya pas hari terakhir ka ai, jadi apa adanya aja ,ehehe.

    bosan si keknya gak terlalu ka ai, hanya pada part2 yg panjang yg sering ada di buku bukunya :D

    BalasHapus
  3. ini salah satu buku incaranku berikutnya. maaf tapi resensimu belum kubaca put. takut ada spoilernya. haha. kalo aku udah baca novelnya, aku mampir kesini lagi, buat nyocokin jawaban #halah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, baru belajar ngerensi di jadi maap kalo seadanya ^^v

      sippla ditunggu kunjungan berikutnya

      sekian dan terima pempek

      Hapus