Jumat, 13 Februari 2009

petugas rel vs bocah bertelanjang kaki

***

semua kendaraan siang itu berhenti untuk sementara. dua sisi yang berlawanan itu sedang menunggu sebuah kereta untuk melewati stastiun di kota itu. pagar pembatas telah diturunkan, bel tanda peringatan akan lewatnya kereta itu pun telah berbunyi nyaring, tinu tinu tinu tinu.......

semua pengemudi menghentikan kendaraannya, tak terkecuali para pejabat sekali pun. tidak akan ada yang berani (dengan akal sehat tentunya) untuk menerobos palang pembatas itu sepenting apapun orang dan sepenting apa pun kepentingannya. tapi di sudut arah yang berlawanan dari tempat lelaki itu, tampak seorang anak kecil bertelanjang kaki yang berjalan hendak menyebrangi palang pembatas kereta itu. tidak ada satu pun orang yang melihat ato lebih tepatnya peduli dengan anak yang mungkin adalah seorang anak jalanan di daerah itu.

pritttt.....bunyi peluit itu nyaring terdengar. dari sudut mata lelaki yang sedang menunggu lewatnya kereta, tampaklah seorang petugas stasiun rel yang dengan wajah sangar sambil menunjuk anak lelaki tadi. petugas memperingatkan si bocah untuk tidak menyebrangi palang pembatas itu. sedikit kaget, si anak tampaknya tahu bahwa dia yang menjadi objek dari sempritan petugas tadi.

lantas dia pun menghentikan langkah kakinya tepat di palang pembatas. priittttt...sempritan kedua itu berbunyi kembali. belum puas dengan posisi anak tadi, petugas memerintahkan si anak untuk mundur beberapa langkah lagi dikarenakan si anak belum berada dalam jarak normal palang pembatas kereta api. dengan sedikit senyum, si anak tadi pun mengerti dan mundur tiga langkah ke belakang.

tak berapa lama kemudian, kereta pun lewat. semua pengemudi siap untuk menyebrang tak terkecuali si anak. tapi setelah kereta itu lewat, palang pembatas itu belum dibuka dan bel peringatan pun tetap berbunyi. ternyata dari arah berlawanan, akan lewat satu kereta lagi. tapi si anak dengan kedtidaktahuannya hendak menyebrangi palang pembatas itu. priiiitt...priiit...priiittt diiringi dengan gerakan mengambil sebuah kerikil di dekatnya hendak melempari si anak agar tidak menyebrangi palang pembatas. sontak si anak kaget dan melompat ke belakang entah berapa langkah.

ah, lelaki itu hanya memandang kosong sebuah pemandangan siang itu. entah siapa yang salah dan siapa yang benar dalam kejadian ini. yang dia tahu, bahwa si anak telah berhasil mengambil posisi sebagai pusat perhatian siang itu di tengah-tengah hiruk pikuknya aktivitas orang-orang yang biasanya tidak perduli akan keberadaannya di tengah jalan. semua mata memandang kepada bocah laki-laki bertelanjang kaki itu. entahlah, kenapa di saat anak seumurannya berkutat dengan buku dan alat tulis di sekolah, ia malah berkutat dengan panas dan kerasnya hidup di jalanan...entahlah..

palang pembatas itu pun terbuka,bel peringatan berhenti berbunyi, pemandangan itu pun kembali seperti biasa. aktivitas keegoisan manusia pun dimulai kembali..

(fiuhh,,keknya postingan makin lama makin gak jelas ya?harap maklum ya.hehehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar