Selasa, 05 Mei 2009

bagas

tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh bagas kalau dia akan bekerja seperti sekarang. meninggalkan kampung halamannya yang masih asri di pedalaman sumatera sana menuju ke ibukota yang penuh dengan janji-janji bagi setiap orang kecil sepertinya. bekerja di sebuah kantor di bawah nanungan departemen yang punya otoritas dalam mengatur dan mengelola keuangan negara.

setiap hari selalu menjadi angkatan 66. pergi jam 6 pagi pulang jam 6 sore. begitu setiap harinya. berkutat dengan kemacetan. masuk tol keluar tol (bagas barutau rupa jalan tol itu seperti apa setelah di ibukota). setiap hari (senin-jum'at) selalu dilalui dengan seabrek pekerjaan kantor yang tidak ada habisnya (bahkan dibawa pulang sekalipun), hari libur (sabtu-minggu) dilalui dengan pekerjaan rutin (mencuci dan tidur), otomatis selalu begitu setiap hari yang dilalui bagas.

jalan tahun keempat dalam perantauan.mungkin bagi sebagian besar orang (keluarga dan teman-teman), bagas tergolong sukses. betapa tidak, di usianya yang baru beranjak 24 tahun, ia sudah mandiri. tidak lagi tergantung dengan orang tua dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya. bahkan dia sudah bisa membantu orangtua dan adik-adiknya dalam perekonomian keluarga. dengan rutin, bagas mengirimkan uang untuk membiayai sekolah adik-adiknya dan kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.belum lagi ketika pulang ke kampung, penampilan bagas sudah berbeda dengan dulu.dilihat dari segi fisik, kalau orang bilang, sudah ada perbaikan gizi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar