Rabu, 10 Juni 2009

rangkaian episode kehidupan (epilog)

Rating:
Category:Other
sebuah tenda yang tak bisa di katakan sederhana berdiri kokoh di depan rumah.
rumah itu kini tampak sangat berbeda. indah dengan berbagai macam hiasan di setiap ujungnya.

nampak sangat berbeda dengan kunjunganku beberapa hari sebelumnya.
dan yang paling membuatku terkejut adanya panggung mungil di depan rumah.
apa-apaan ini.
padahal kemaren katanya ndak ada panggung untuk pengantin..kok berubah lagi.

setengah lebih kursi sudah terisi oleh para tamu undangan.
langsung saja ramai lampu kamera blizt menampar wajah ku begitu aku menjejakan kaki di teras rumah.
para penari seketika membubarkan diri.

acara sakral sesaat lagi akan di mulai.

sebisa mungkin aku mengatur lonjakan adrenalin ku ketika memasuki rumah.
hemm..
benar-benar pangling aku dengan rumah ini, dekorasi di ruang tamu sedemikian ciamik.

setengah bagian ruang telah di jejali kaum kerabat.
ku jabat tangan mereka satu persatu, tapi tak satupun yang ku tatap matanya.
aku takut malah merusak ketenangan ku.
aku ditempatkan ditengah-tengah ruangan, sementara kaum kerabat mengedar di sebelah luar.

calon ibu mertua dan calon adik ipar lelakiku yang merupakan wali dari calon istriku tepat duduk di hadapan ku.
dengan membaca basmalah acarapun di mulai..

berturut-turut sesi demi sesi acara terselesaikan.
ternyata lama juga menunggu acara inti.
bukannya apa-apa, tapi kaki ku sudah kesemutan sedari tadi.
dalam 30 menit entah sudah berapa kali aku berganti posisi duduk.

tak kupedulikan lagi pandangan orang-orang.
ku sentuh kaki ku..sudah mati rasa.
belum lagi keringat yang mulai menganak sungai.
entah karena udara siang itu panas ataukah diriku yang "kepanasan"
tak ayal..beberapa kali ku seka wajah ku dengan tissu yang di sodorkan kakak ku.

ahh...lama benar "siksaan" ini ku rasa..
sesaat lagi acara inti di mulai

dengan segala kesemutan yang ku rasakan, ku paksa-paksa juga kaki ini untuk duduk diatas kedua kaki.(seperti duduk tasyahud awal-ken)
penghulu tepat di hadapanku.
dua saksi dari pihak keluarga ku yang di wakili oleh pakde dan keluarga calon istriku yang di wakili oleh pamannya mengapitku.

menurut penghulu ternyata duduk ku salah kaprah.
seharusnya kaki kiriku menjadi alas duduk ku dan kaki kanan di posisi lebih tinggi.
ribet bener ya orang mau nikah?? tapi kerana mau jadi nikah ya akhirnya manut wae!!
sempitnya kain jarik yang ku kenakan membuatku tidak leluasa untuk merubah posisi duduk ku. di tengah kesemutan yang makin menghebat orang-orang malah mengajariku bagaimana cara duduk yang benar.
dengan sedikit lembut kukatakan pada mereka
"kaki ku kesemutan!!"
lampu blitz mulai kembali semarak..
padahal penghulu baru saja membaca basmallah

di jabatnya tangan ku dengan dua jempol kami saling beradu, kokoh menggantung di udara, sebuah kain kecil berwarna putih sakral menutupinya.

tak sia-sia bacaan itu ku hapal berhari-hari dan bermalam-malam.
walau sedikit tertatih..toh akhirnya selesai juga

baru saja penghulu mengatakan " haii...."
ketenangan yang sedari tadi matian-matian ku pertahankan, runtuh seketika.
layaknya bendungan yang hancur oleh air bah.
adrenalin yang coba ku kurung rapat-rapat kini leluasa bergerak menari-nari.
tak dapat ku hitung lagi..berapa kali jantungku berdetak dalam semenit.
aku seperti tak mampu lagi mengontrol indra ku.
hampir saja otak ku tak mampu mengeja apa yang di ucapkan oleh penghulu.
terlebih ketika..
" haii..******** bin kasan darso, saya nikahkan kamu dengan **** ******* ******** bin abu syamad ******** dengan maskawin sebagaimana tersebuttt!!!"

lidah ku kelu.
seolah lidah ku tak lagi pada tempatnya..sulit sekali ku gerakan.
alhasil..
"saya terima nikahnya zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.................... ...."

"percobaan" pertama gatot alias gagal total.
kalau ada yang pernah mendengar kaset tape yang tiba-tiba tergulung..kurang lebih seperti itulah kondisi suara ku waktu itu.

dan seperti yang kuduga..
saksi langsung mengatakan..
"tidak sah..ulang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar