Senin, 01 Juni 2009

rangkaian episode kehidupan (saat yg tepat)

Rating:
Category:Other
ah ibu ini, sudah hampir 2 tahun berlalu masih juga di pertanyakan hal yang sama
"bagaimana dengan Ulfa" selalu dan selalunya di tanyakan kepadaku
pernah ibu bermaksud mempertemukan kami, tapi dia tak di rumah.
sedang pada hari yang sama aku harus kembali ke kota kelahiran ku.

Ulfa, gadis sulung dari 6 bersaudara. baru saya kelas 2 SMA ketika wisuda ku baru saja berlalu.

masih ada hubungan keluarga dengan ibu.

yah, walau ibu yang sekarang bukan lah ibu kandung ku..tapi aku telah menganggapnya bagian dari kehidupan ku.
masa 5 tahun mengenyam kerasnya dalam mencari nafkah bersama ayah ku, telah membuat ku mengenal sosok ibu tiri ku ini.
wanita jawa yang sederhana,shaleh dan tidak neko-neko.

setidaknya begitu yang diyakini ibu dari diri Ulfa. tapi kurasa terlampau sulit untuk kami saling mendekatkan diri. terlebih belum pernah saling jumpa dan jarak yapernahkah engkau tersadar kawan. bahwa yang terjadi di dunia ini tak ada yang sia-sia..smuanya kejadian adalah mata rantai untuk kejadian yang lain.

akhir-akhir ini rindu ku pada pernikahan begitu membuncah.
entahlah, semoga bukan hukuman atas"kesombongan dan ketinggian hatiku" terhadap "anak BII" itu

rindu sekali..
wahai kawan, siapakah teman terbaik selain istri di tempat nan terpencil ini. uztad Boby Herwibowo per berkisah begini

alkisah..
suatu hari ada seorang suami pergi keluar rumah dengan maksud mencari nafkah buat keluarga
namanya juga dari keluarga kelas bawah, tak punya pekerjaan tetap dan kalo ada pun penghasilan pas-pasan.

dari pagi hingga dhuhur belum juga mendapatkan pekerjaan, apalagi uang untuk makan keluarganya.
setiap toko di singgahi,setiap kantor di tanyai.."belum ada lowongan pak"kata orang-oarang selalu. akhirnya, dengan hati gundah karena memikirkan keluarganya sang swami pulang kerumah.

sepanjang jalan hanya menunduk merenung.
tiba-tiba matanya menemukan sekeping uang logam. uang logam kuno ternyata
ah, siapa tahu laku di jual.batin sang swami tadi
ketika tiba bank dengan maksud menukarkan uang tersebut, malah di arahkan sang swami tadi ke toko barang antik.

akhirnya di beli dengan harga Rp. 25.000 oleh yang punya toko barang antik tersebut.

alhamdulillahdengan berjalan kaki saat pulang, bapak tadi melewati tempat penjualan kayu.
entah apa yang ada di pikirannya..akhirnya sang swami tadi membeli kayu seharga Rp. 25.000.

kembali bapak tadi menyusuri jalan menuju rumah dengan memanggul seikat kayu.
dan, sang swami melewati sebuah tempat pembuatan meubel kayu.
di tawar oleh yang punya meubel kayu. tawar menawar akhirnya terjual seharga Rp. 75.000.

kembali sang swami berjalan pulang.
secara kebetulan sang swami melewati sebuah toko meubel.
dan bapak tadi membeli sebuah lemari kecil seharga Rp. 75.000

sembari memanggul lemari kecil sang swami tadi dengan penuh semangat' kembali berjalan pulang.
tak lama lagi dia akan sampai di rumah, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya dan menanyakan berapa harga lemari kecil yang di panggulnya.
tawar menawar, dan deal Rp. 200.000

ah, dari tidak punya apa-apa sang swami tadi bisa punya uang Rp. 200.000kadang kita terlalu khawatir dengan apa yang akan terjadi di depan.
apa yang kita harapkan, boleh jadi memang telah di tetapkan menjadi milik kita..cuma belum waktunya untuk kita memilikinya.
smua ada waktunya..seperti halnya yang terjadi dengan sang swami tadi, ada waktu ia menemukan koin kuno, ada waktu ia membeli kayu, hingga akhirnya uang Rp. 200.000 pun menjadi miliknya. begitu juga tentang jodoh yang coba ku pahamkan..
mungkin belum waktunya untuk ku bertemu dengan "bidadari itu"
waktunya belum tetap..
masih menunggu hingga masa pertemuan itu tiba.

ah, teringat aku akan tulisan dalam La Tahzan-nya Aidh Al-Qarni
apa bila benang seuntai telah menegang dengan sangat kuat, maka percayalah bahwa tak lama lagi benag itu akan putus.
apa bila malam kian pekat, kian sunyi dan kian dingin, maka percayalah fajar tak akan lama lagi menyingsing.

begitu juga kawan, bila masalah kian memuncak, maka tak lama lagi masalah itu akan selesai. hingga saat itu keinginan menikah sedemikian menguat.
resah, gelisah, rindu..tapi tak tau siapa yang ku rindukan.

bukankah Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
besar-kecil, tua-muda, hitam-putih, siang-malam, langit-bumi, laki laki-perempuan.

berpasangan, ah..mana mungkin aku tiada punya jodoh. pasti dia ada di suatu tempat, mungkin pula dia sedang menunggu kedatangan ku.

bagaimana dengan mu saat ini kawan..apakah kau sedang menunggu "bidadari mu' juga??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar